kuliah

Minggu, 10 Februari 2013

Galaukah?


Bismillah...
Siang itu, di pelataran mesjid kampus, ku sandarkan punggungku sambil berselonjor kaki. Mengamati masa demi masa yang telah terlewati selama 2 tahun lebih menimba ilmu di bumi perjuangan. Banyak ilmu yang ku dapatkan. Kedewasaan salah satunya.
Kuamati juga teman-teman yang ditakdirkan Allah bertemu denganku dan aku bertemu dengannya. Di lingkungan dakwah, kutemukan kedewasaan itu tumbuh bersamaan dengan perjalanan kisahku dalam menggapai ilmu. Kekuatan itu hadir dengan hadirnya berbagai permasalahan-permasalahan aktivis di kampusku. Kadangkala kujumpai diriku mengeluh, merasa tak sanggup dan merasa tak mampu. Nun jauh disudut sana kutemui juga teman-temanku yang merasakan hal yang sama.
Galau. Begitulah kenyataannya. Di seluruh elemen dakwah pasti dijumpai duri, ranting, atau bahkan bebatuan untuk menguji sebatas mana afiliasi seorang kader dakwah kepada dakwah itu sendiri. Tiap hari kader dakwah bergelut dengan tugas-tugas kuliah dan agenda dakwah lainnya. Jika hanya itu-itu saja kemungkinan besar tidak ada titik ujian yang membedakannya dengan orang lain. Maka itu perlu adanya masalah sebagai bumbu dan parameter sejauh mana keimanan dan keiklasan itu dalam dada. Seleksi alam juga akan terus melakukan perannya. Begitu banyak orang-orang yang berguguran di jalan dakwah. Fenomena yang lebih sering terjadi adalah kecewa. Kecewa dengan saudara yang  tidak sesuai dengan harapannya, kecewa karena tidak dianggap, kecewa karena merasa dikucilkan, kecewa karena merasa kurang dilibatkan. Banyak yang ingin keluar dengan mengeluarkan dalih-dalih yang membenarkan dirinya sendiri. Padahal secara teori ia paham betul mana yang hak dan yang bathil.
Sesungguhnya Allah tidak akan menunjukkan jalan bagi orang-orang yang fasik dan tidak bersyukur. Tidak mau bersyukur dengan karunia yang selama ini tercurah melimpah ruah yang kemungkinan tidak semua orang bisa merasakannya. Islam, iman, kesehatan dan waktu. Hal ini yang sering terlupakan. Karenanya, ada masalah kader cenderung mengeluh dan berputus asa. Merasa bebannya paling berat sedunia tanpa ada bandingannya dengan yang lain. Merasa tidak berdaya dan tidak patut lagi mengemban amanah yang telah diberikan. Akhirnya futur dan berguguran satu persatu.
Aku tahu pergerakan dakwah itu sangat besar. Ada tidaknya aku di jalan ini, dakwah akan senantiasa berjalan sampai akhir masa. Karena ia hanya bisa dikendarai oleh orang-orang yang kuat hatinya dan mulia akhlaknya. Cinta kasih kepada sesama serta memiliki kemauan yang kuat untuk selalu memperbaiki diri.
Aku tahu sebenarnya akulah yang membutuhkan dakwah bukan dakwah yang membutuhkanku. Jika dakwah sudah menjadi denyut nadi dan menumbuhkan kecintaan yang mendalam niscaya keimanan akan semakin kuat, benteng pribadi akan semakin kokoh dan muaranya mejadi pribadi yang mampu berkontribusi untuk umat. Dan tidak dapat dinafikan amar ma’ruf nahi munkar akan berjalan dengan baik.
Siang ini juga kuingatkan kembali pada diriku bahwa  segala permasalahan itu membutuhkan kedewasaan. Kedewasaan dalam menyikapinya bukan sikap grasa-grusu yang tidak tentu arah. Bergabung dengan jamaah sebagaimana pun buruknya tetaplah suatu keharusan. Tidak mungkin seseorang mampu berjalan sendiri meneghadapi berbagai cobaan dan hambatan tanpa seorang teman untuk berbagi.  Begitu banyakya musuh-musuh Islam yang mengincar aktivis Islam. Karenanya keluar dari jamaah merupakan suatu malapetaka besar.
Dakwah merupakan jalan yang panjang tidak akan lekang oleh waktu dan masa. Kadangkala dalam lingkungan dakwah, ada berpapasan dengan masalah hati. Ketertarikan dengan lawan jenis merupakan hal yang fitrah adanya. Tidak dinafikan bahwa seorang aktivis dakwah itu pasti juga merasakan jatuh hati. Tapi lebih sering ia menjadi boomerang yang membuat hati down dan ruhiyah hampa jika yang empunya tidak mampu mengendalikan hati. Ia terlalu terlena dengan jatuh cinta yang belum waktunya. Suka dan mengagumi itu wajar karena manusia diciptakan memang memiliki rasa ketertarikan satu dengan yang lainnya (dalam hal ini lawan jenis) tapi bukan pula dengan melenakan diri dengan asyik menenggalamkan diri dengan angan-angan tentangnya. Sangat tidak adil bagi calon suami kelak. Jika ia mengetahui hal tersebut ia pasti akan cemburu. Begitu juga Allah, sesungguhnya Allah akan lebih cemburu kepada hambaNya jika hamba tersebut menduakan Allah dengan yang selainNya.
Kuakui permasalahan pribadi itu banyak, tapi tidak kalah banyaknya juga permasalahan umat yang menunggu untuk diselesaikan satu persatu. Kontribusi seorang kader dakwah menunujukkan sebesar apa afiliasinya terhadap Islam dan jamaah Islam.
Aku berazam, sesulit apapun seburuk apapun yang kutemui dalam jalan dakwah ini aku akan terus bertahan dan berjalan bersama dengan saudaraku yang lain. Karena bersama itu sungguh meruapakan nikmat yang diberikan Allah kepada hambaNya. Aku tahu dan paham, bahwa ini adlah jaah manusia bukan jamaah jin ataupun malaikat yang tidak pernah salah. Karena itu mustahil tidak ada kesalahan. Yang terpenting adalah sejauh mana kekuatan untuk terus memperbaiki diri dan berbuat yang lebih baik semampu diri. 

Semangat menebar manfaat,
Ganbatte ne!!!

0 komentar:

Posting Komentar